Inilah Kita dan Kisah di Dalamnya

Foto by. Nurul Muslimah.                                                
Assalamualaikum wr.wb.
Ada gurat kerinduan di wajah mereka yang sekilas mengingatkan kisah tentang masa lalu yang konyol. 

Masa dimana kami saling mengenal satu sama lain dari beragam karakter unik yang berbeda. Yaa.. masa SMA.

Kenangan saat SMA masih melekat erat dibenak kami. Tawa pun pecah saat topik cerita tentang masa itu kami ulas menjadi guyonan yang mungkin tak layak untuk ditiru. 

Ini bukan tentang Aku dan dia, tapi ini tentang kami Alumni MA Ma'arif 04 Kalirejo Lampung Tengah lulusan 2010 dan khususnya untuk kelas kami IPS 1.

Foto by. Agus Setiawan.                                                   
Di sini, gedung biru ini menjadi tempat awal perjumpaan kami. Selama tiga tahun kita bersama, tentu banyak kenangan indah tentang kita (anggap saja indah) Hahaha

Tempat ini menjadi saksi bisu saat mental kita ditempa, kemampuan kita diasah dan digembleng agar menjadi manusia yang lebih berguna.

Tetapi kenakalan dan kebandelan kami tak menyurutkan semangat guru-guru kami untuk mendidik dan membimbing kami ke jalan yang lurus.

Tak jarang tingkah kami selalu membuat mereka geram, bahkan ada salah satu dari teman wanita kami yang pernah dilempar sepatu, dijedotkan kepalanya ke tembok, bahkan dijewer telinganya saat rambut gondrong sudah menjadi tontonan hampir setiap hari di kelas.

Memang sih itu bukan wujud contoh yang baik seorang guru dalam mendidik muridnya.

Tapi coba deh dipikir lagi, sebandel apa diri kita saat SMA dan wajar saja jika guru tersebut menjadi kesal.

Sekarang kami telah menjelma menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan berbagai macam profesi yang tak disangka sebelumnya mulai dari wiraswasta, tenaga medis, karyawan swasta, bahkan masih ada yang bercita-cita menjadi seorang pengusaha mandiri hehehe (eksperimen mulu mana hasilnya) wkwkwk..

Tapi nggak masalah, itu tujuan mulya kok..

Meskipun demikian, kami tetap kompak hingga saat ini. Silaturahmi sangat baik masih terjalin diantara kami.

Pertemuan selalu kami rencanakan meskipun sering gagal. 

Pernah sekali saya merencanakan acara besar yang melibatkan mereka, saat itu tahun 2011 saya berniat mengadakan acara reuni akbar.

Persiapan dan perencanaan sudah matang, pembentukan panitia telah usai dirembukan. Undangan pun sudah saya buat dengan jumlah yang sesuai (pokoknya banyak), saya pun sudah merelakan semua budget tersebut dari kantong pribadi saya yang kala itu masih berstatus mahasiswa semester dua.

Pada konsep tersebut saya dibantu oleh beberapa teman hingga semua persiapan selesai.

Tetapi lagi-lagi acara tersebut kacau balau dan saya kesal hingga emosi saya tertantang.

Bagaimana tidak konsep undangan yang saya buat sendiri dari budget sendiri ternyata tidak disebar sama sekali oleh teman-teman panitia.

Kebayang nggak sih kalian betapa jengkelnya saya saat itu?

Sejak tragedi tersebut saya jadi malas menjadi pelopor pembentukan acara pertemuan dengan mereka (ceritanya lagi ngambek).

Singkat cerita emosi saya mereda hingga saya diminta oleh salah satu teman yang tercetus membuat sebuah grup aplikasi via chat di ponsel dan saya kumpulkan beberapa nomor ponsel dari mereka yang saya miliki menjadi sebuah platform untuk ajang silaturahmi.

Foto by. Alfian Muzacky.                                                
Masih nggak kapok, sebuah pertemuan yang tak sengaja saya rencanakan.

Awalnya saya dan beberapa teman berniat untuk sharing tentang bisnis yang akan kami geluti.

Tetapi rasanya kurang asyik jika tak melibatkan banyak teman dalam ajang pertemuan tersebut, alhasil saya mengajak beberapa teman lainya.

Acara tersebut nyaris gagal karena tempat pertemuan yang telah ditentukan ternyata tutup.

Kebetulan saya yang datang lebih awal bersama teman saya (sebut saja Muslimah).

Kami kebingungan saat melihat tempat sederhana yang cukup nyaman untuk kami berbincang-bincang ternyata tutup.

Akhirnya saya ngemper sejenak di pinggir jalan sambil menunggu kedatangan teman yang lain.

Di tengah kebimbangan saya mencoba mencari anggota baru untuk menikmati hari sial itu.

Saya mengajak satu teman lagi yang memang hobinya main hehe

Awalnya ia menolak karena sedang tidak enak badan, tapi kok tetep hadir? kan tadi saya udah bilang "dia hobinya main" jadi nggak sulit untuk merayunya haha..

Akhirnya kami menentukan tempat lain yang cukup nyaman untuk kami saling mengungkapkan ekspresi mengulas kenangan yang merindukan.

Tak banyak yang berubah dari mereka hanya wajahnya saja yang terlihat sedikit lebih tua wkwkwk (becanda mameeen..)









Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab Aku Menulis Bukan Tanpa Alasan, Karena Aku Berkarya Tanpa Karena

Maaf, Aku Lama Tak Mengunjungimu

Meredam Amarah