Postingan

Maaf, Aku Lama Tak Mengunjungimu

Sudah lama tak kubuka lembar yang berisi kata-kata pemantik jiwaku, hingga kulihat semakin berdebu. Juga tak pernah lagi ku gores tinta dengan kata-kata yang membangkitkan energi, hingga kulihat cairan tinta hitam itu hampir membeku.  Hmmm... Sedih sekali memandang mereka yang dulu dengan susah payah kudapatkan. Sampai-sampai aku lupa untuk beli baju lebaran hanya demi beberapa buku saja. Maaf bukan aku melupakan kalian, tapi keadaan yang memeras waktuku hingga dua puluh empat jam lamanya belum tersisa untuk membuka kembali lembaran yang membuatku mengenal dunia. Hatiku terenyuh ketika menempelkan jemari, begitu tebal abu yang terbang yang kemudian bersarang di badanmu. Andai bisa aku cuci atau mandikan pasti sudah kulakukan untukmu.  Sekarang ijinkan aku untuk menebus kesalahanku, nerawatmu kembali agar kau segar dan tetap berseri seperti saat aku memandangmu bertengger di rak toko buku tahun lalu. Sekarang aku tuanmu, jadi aku yang harus menjagamu. Tugasmu mengisi otakku den...

Kuingin Lelahku Menjadi Lillah

‍‍Mengapa aku tak pernah bisa untuk mengontrol emosi, apa yg terjadi pada pikiran dan hati ini? Apakah jiwaku baik-baik saja? Akhir-akhir ini Aku terlalu mudah untuk marah, dan sulit untuk mengendalikan amarah. Aku terlalu gampang terbawa perasaan, saat ada kata yang sedikit tak enak untuk di dengarkan. Aku ingin memperbaiki diriku, agar selalu bisa menjaga emosiku. Meski berkali kali kucoba melakukan, namun hatiku tak kunjung tersembuhkan. Dulu, aku tak seperti ini. Dulu, aku bukanlah orang yg mudah emosi. Dulu, aku pendiam dan tak pernah kesal melebihi batas kewajaran. Meski aku pendiam, namun hatiku selalu tegar. Menghadapi masalah dengan sabar. Tak seperti saat ini, aku jadi mudah marah. Kadang aku pun tak mengerti, mengapa aku bisa marah-marah. Apakah ini karna faktor lelah? Aku ingin lelahku ini menjadi lillah, namun apa daya nafsu lebih dulu menguasai hati ini. Aku berusaha bertanya pada mereka, lalu mereka pun menjawabnya. Meraka bilang itu wajar, marah adalah k...

Ceritaku Memimpikan Mimpi-mimpi

Cerita tentang mimpi, semua orang pasti punya mimpi dan pernah bermimpi termasuk saya. Tapi bukan mimpi saat sedang tidur loh ya. Melainkan keinginan, harapan atau cita-cita. Butuh proses untuk mewujudkan cita-cita yang ingin kita capai. Saat masih kecil dulu, cita-cita saya berubah-ubah. Saya pernah bercita-cita menjadi seorang dokter, berhubung untuk menjadi dokter butuh biaya yang besar meskipun saat itu saya tak tau jumlahnya berapa karena yang saya tahu hanyalah mahal. Kemudian cita-cita saya berubah dan berkeinginan menjadi polwan (Polisi Wanita) namun karena fisik saya lemah, lalu saya urungkan niat itu. Kemudian cita-cita saya berubah, ingin menjadi arsitek namun kandas, berhubung saya gak suka hutung-hitungan. Hingga akhirnya saya memiliki keinginan untuk menjadi seorang penulis, hanya cita-cita itu yang tak pernah berubah dan berpaling dari hati saya, hehe Sekarang saya sedang berusaha untuk mewujudkan mimpi saya, dengan selalu berlatih konsisten menulis setiap hari. Se...

Tentang Mimpiku Menjadi Penulis

Menulis adalah caraku mengekspresikan diri, meninggalkan jejak kehidupan yang sudah kulewati. Aku tak tau apa yang akan terjadi dimasa depan, sedang aku selalu lupa dengan apa yang kulakukan. Maka kucatat semua ini sebagai kenangan dan proses menuangkan pemikiran ke dalam tulisan. Entah menyakitkan atau menyenangkan, maka kutulis saja. Meski goresan tinta tak seirama dengan kenyataan yang ada. Ini kisahku bukan tentang kisah orang lain. Hari itu kutulis sesuatuvtentang diriku, tentang aku yang katamu pendiam. Tentang aku yang tak suka bercerita mengenai kehidupan pribadi. Lalu apa lagi katamu? Maka sekali lagi aku katakan, ini tentang aku bukan orang lain. Lagi-lagi kalimat tak beraturan kutuangkan pada selembar kertas,  lalu kulipat, lalu kusimpan dalam tas. Kala itu aku masih berstatus sebagai pelajar. Dan kutulis lagi, kadang kuselipkan diantara cover buku bergaris, begitu seterusnya. Alay memang, tapi itu hits pada masanya. Hingga lembaran kertas goresan tinta denga...

Meredam Amarah

‍Mengapa aku tak pernah bisa untuk mengontrol emosi, apa yg terjadi pd pikiran dan hati ini? Apakah jiwaku baik2 saja? Akhir2 ini Aku terlalu mudah untuk marah, dan sulit untuk mengendalikan amarah. Aku terlalu gampang terbawa perasaan, saat ada kata yang sedikit tak enak untuk di dengarkan. Aku ingin memperbaiki diriku, agar selalu bisa menjaga emosiku. Meski berkali kali kucoba melakukan, namun hatiku tak kunjung tersembuhkan. Dulu, aku tak seperti ini. Dulu, aku bukanlah orang yg mudah emosi. Dulu, aku pendiam dan tak pernah kesal melebihi batas kewajaran. Meski aku pendiam, namun hatiku selalu tegar. Menghadapi sesuatu dg sabar. Tak seperti saat ini, aku jadi mudah marah. Kadang aku pun tak mengerti, mengapa aku bisa marah2. Apakah ini karna faktor lelah? Aku ingin lelahku ini menjadi lillah, namun apa daya nafsu lebih dulu menguasai hati ini. Aku berusaha bertanya pada mereka, lalu mereka pun menjawabnya. Meraka bilang itu wajar, marah adalah ketika kondisi hati yg...

Sebab Aku Menulis Bukan Tanpa Alasan, Karena Aku Berkarya Tanpa Karena

‍‍‍Aku ingin mengisi waktu luangku dengan hal-hal yang bermanfaat, meski hanya sebuah pesan. Namun tentang kebaikan, karena sejatinya kebaikan itu untuk kita sendiri. Oleh karenanya aku menulis, menuangkan kebaikan yang aku mengerti saja. Jika aku belum mengerti, maka akan kupelajari terlebih dulu, itu pun jika aku suka. Sebab menurutku manusia akan mencintai pekerjaannya apabila sesuai hobi atau kesukaannya. Aku suka menulis. Menulis apa saja yang aku bisa tulis. Tentang kehidupan, tentang perjalanan, tentang masa depan, tentang aku dan kamu. Apapun kutulis sesuai keinginanku. Dengan menuangkan isi kepala, hingga kemampuanku merangkai kata. Untuk tabungan kebaikan. Namun jika orang lain tak menyukai tulisanku tak apa, itu hak mereka. Mungkin selera kita tidak sama, begitu juga dengan isi pikiran kita, tak mungkin bisa semuanya seirama. Tapi plis deh jangan nyinyir. Karena pada dasarnya kita memang diciptakan dalam perbedaan, ada yang benci adapula yang menyukai. Setidaknya aku m...

Jangan Lalai Mengutamakan yang Utama

Selain mudah lelah, fisikku juga lemah. Aku jadi gampang sakit, tiap kali merasa letih sedikit. Apalagi jika harus berlama-lama dibakar sinar matahari, begitu cepat sakit kepala ini menghampiri. Aku pun tak mengetahui derita apa yang aku alami, sempat beberapa kali memeriksakan diri ke dokter namun sang dokter selalu berkata bahwa aku kurang istirahat dan jarang berolah raga. Kata orang sehat itu mahal, dan aku berusaha mati-matian menjaga agar tubuhku selalu tetap bugar. Mulai dari bangun pagi lebih awal, hingga tidur yang tak lagi larut malam. Namun terkadang aktivitas yang memaksaku untuk melakukan segalanya, dan harus kukerjakan  hingga aku melupakan kesehatan dan tak memperdulikan jadwal makan. Namun disela-sela kesibukanku,  alangkah bersyukurnya aku masih bisa memprioritaskan ibadahku di atas segalanya, seperti sholat tepat pada waktunya dan tidak menunda-nunda hal tersebut. Alhamdulillah Allah masih menerangi jalan yang kulalui dengan segala ujian yang aku terima, ...